poin

Kamis, Mei 01, 2014

Menulis Puisi Itu Berdosa

Aku takkan berhenti menulis pusi distatus facebookku, atau publish di blog sederhana yang selama ini ku isi dengan segala curhatan hati. Memang banyak kawan-kawan rada ngak  suka, peduli amat. Aku tak menulis status facebook atau twitter yang menjelekkan mereka kok, aku tidak pula tertarik untuk membuat status yang berhubungan dengan nuansa politis atau korupsi dan segala tetek bengek urusan Negara. Aku hanya menuliskan isi hatiku yang tak berkaitan dengan mereka semua. Terpulanglah pada penilaian mereka suka atau tidak suka, yang jelas aku tidak menggangu mereka.
Memang begitulah fenomenanya, ada yang suka memberi respon positif ada yang kesal atau tidak senang. Tetapi jika jujur ditanya alasannya tidak suka mungkin mereka akan kelabakan juga menjawab. Mereka tidak berdasar, tetapi itu semua hak mereka kok suka atau tidak suka. Aku hanya menulis puisi seperti apa yang harus aku alirkan dalam diriku.
Menulis puisi bagiku bagaikan kebutuhan, dan pelampiasan semua keluh kesah yang kugoreskan berupa kata. Dari pada harus mengesali seseorang atas kekesalan, atau menangisi seseorang secara nyata lebih baik aku lamunkan dalam rautan kata-kata.
Terlepas dari penilaian orang,  penulis puisi dikatakan cengeng, melankolis bahkan ada respon yang menyebutkan orang romantis semua itu relatif. Aku juga menghargai orang yang tak menyukai, itu sudah menandakan mereka sebenarnya respek dan telah sempat membaca pusi bodohku. Aku akan terus saja menulis pusi atau curhatanku sampai suatu ketika ulama mengatakan menulis pusi itu berdosa……..

Yufrizal