Melangkah Sejengkal ke Telaga Kesabaran.
Kututup kembali rapat-rapat diary malam ini. Serapat hatiku melupakan
kenangan itu. Serapat jauh ku tepis harapan itu. Serapat kuat ku alihkan
semua nya. Hingga kau benar-benar pergi membawa seribu kepedihan yang
menyisa. Untukmu, yang biasa kupanggil dengan sebutan ukhti shalehah…
Tak mampuku tuk menyelami suara sepi itu. Sepatah keteguhanmu kini
hanya menjadi penghias memori lamaku. Masih adakah kau ingat itu dari
kejauhan sayup diseberang disana?? Aku merindukan semuanya. Dan disini
masih kunantikan engkau kembali katakan, “mari kita rajut tali temali
itu..”
Keraguan melangkahkan kaki ini, membuatku semakin bimbang. Mendekatimu,
semakin membuat engkau berlari menjauh. Dan, terdiam dalam seribu
tanya, semakin memperkuat erat genggaman didalam angan membiruku. Ya,
karena aku tak mampu menyelami suara sepi itu, hingga aku katakan
padamu.. “biarlah kulepaskan semua……..”
Ukhti shalehah.. hingga hari ini, aku masih menanti jawabmu. Sungguh,
bukan kebencian yang hadir saat ini. Rajutan itu kini sudah semakin
melonggar dari setiap benangnya. aku ingin menatapmu, dan mendengarkan
semuanya. Semuanya………. Hingga benar-benar aku memiliki alasan ‘tuk
melepaskanmu.
Mungkin, tak guna juga kusesali semuanya. Ketidakmampuan menjadi
teladan bagi sahabat-sahabatku, dan kesibukan akan dunia untuk
keberhasilanku, kesemuanya seakan-akan menjelma menjadi hukuman akan
perubahan yang terjadi. Hingga tanpa kusadari.
Ya Allah, jika masih belum terlambat bagiku untuk menengadahkan dikedua
tangan ini dihadapanMu. Masihkah ada waktu ‘tuk Kau beri kesempatan
bagi kami merubah kembali semua ini???
Karena Engkaulah yang Maha membolak balik hati setiap hambanya. Aku
meminta dalam lirih do’a kesunyian, “Aku begitu mencintai saudariku.
Seandainya Kau perkenankan mengembalikan hangatnya ukhuwah yang telah
kami bingkai dulu, akan ku ubah semua salah dan khilafku. Aku akan
menjaga kenikmatan dalam perjalanan hidup ini dengan penuh makna dari
mengingatMu, hingga saudaraku pun juga semakin yakin dalam hatinya bahwa
aku dari kejauhan ini juga selalu akan menguatkan langkah-langkahnya
didalam butiran do’a ini.
Aku ingin menggenggam erat semuanya. Hingga perubahan-perubahan ukiran
pahatan itu kini tak mengalami perubahan sedikitpun. Bahkan, andaikan
waktu dapat ku hentikan. Akan kutahan sejenak jarum jam itu, agar dapat
ku memohon padanya ‘tuk menyampaikan sebuah janji itu sekali lagi. Agar
semakin jelas kulihat bahasamu dari kesungguhan itu. Dan agar semakin
kuat keistiqomahan itu turut memperkuat hatiku. Dalam menapaki kehidupan
yang hanya sekali ini…………….
Teruntuk padamu ukhti sholehah, aku masih menanti jawabmu. Perjalanan
ini semakin memberikan arti akan peran seluruhnya. Belajar dari setiap
kejadian. Agar disuatu hari, kau dapat merenungkan semua perubahan ini.
Menjadikan suara hati yang kutuliskan hari ini untukmu, menjadi sebuah
pertimbangan jika kau memutuskan untuk melangkah kebelakang.