poin

Minggu, Desember 25, 2011

Tahajud Cinta

Aku kembali hilang,kosong...
betapa aku nelangsa
tak mampu berkata,tak jua menerima
wahai kekasih yg menjadi pemilik kerajaan hatiku
sungguh hatiku berdebu !
Sujudku tak mampu menghapus debu yg menempel di keningku.

Kemanakah ia pergi,
Kau kemanakan...?
aku tanggungkan sakit dan duka,
jika cinta itu candu,
berikan penawar kesakitan dan kegelisahan,
ajarkan tentang merelakan

Engkau ijinkan aku menyaksikan,
Engkau tumbuhkan dan pisahkan,
Kekasihku,tempat sujudku...
beningkanlah aku,
ajarkan aku untuk tahu diri
pupuskan jelaga dalam kalbuku.

Jika kerlipku haram ku pendarkan,
jiwaku pecah terbelah,
biarkan sujudku padaMu
mengutuhkannya...

Kularikan aliran sungai kecilku,
pada sajadah terbentang...
disudut tersunyi,
di sepertiga malamku,
menepikan segala lara kehilangan tak terperi
kucari kerelaanMu
mencari kelapangan meski
jalanku yang tak mengarah padanya.

Engkau Muara cinta dan kesetiaan
tiupkan setitik terang,
pada sudut terdalam hatiku
ijinkan kuberjalan dalam jubah keikhlasan...


Salatiga 26 Desember 2011

hemm

lama gak posting di blog..
*kurang lebih 15 hari.
Sorry ya blog, sekarang Saya benar-benar sibuk (what?!), jadi gak bisa buka notebook, kalo online di hape..
Kapan-kapan aja.
Lagipula ni blog sepi, jd kalaupun posting udah kaya orang ngomong sendiri.
It's okay, Saya lagi gak nyaman dengan godaan wanita

Kamis, Desember 15, 2011

Puing-puing Kekecewaan

“Aku tidak tahu perasaan seperti apa yang berkecamuk dalam dada dan pikiran aku ketika mengingat dirimu. Hari ini 15 Desember 2011 hari Ulang Tahunmu, meski belum 1 tahun aku mengenalmu lewat dunia maya hingga akhirnya menjalin kisah cinta. Aku ingin marah, aku juga ingin memaki kamu hingga puas dan ingin meluapkan segala emosi aku di hadapanmu. Mengingat semua yang telah kita lewati, rasanya tidak mungkin bila akhirnya kamu mengabaikan aku. Harusnya kamu tidak melakukan itu padaku, harusnya kamu tidak meninggalkan aku dalam keadaan serba tidak pasti. Kamu bagiku pecundaaannggg….”
Ketika membaca catatan di atas, luka itu seperti tergores lagi. Hati ini juga seperti merintih, rasanya memang tak mudah. Mengingat semua yang sudah terjadi tujuh bulan silam, ketika mengenang kebersamaan dengannya. Namun jika mengingat peristiwa bulan Mei, aku merasa semua kebahagiaan yang kumiliki lepas. Hilang, dan yang tersisa hanya perih di dalam dada.
Memang terhitung sangat singkat aku dan dia, hanya empat bulan. Yah, empat bulan! Bukankah membekas tidaknya sebuah hubungan di hati setiap orang tidak ditentukan oleh seberapa lama ia menjalani hubungan tersebut. Bisa jadi hanya sehari, namun ia tidak bisa melupakan peristiwa tersebut seumur hidupnya, termasuk dalam cerita film”August Rush”. Sayangnya kisah cintaku tidak sebaik dalam film itu. Aku ditinggalin dan aku diabaikan, alasannya sangat klasik “Tidak ada kecocokan lagi”. Alasan seperti apa itu, pikirku. Tapi aku berusaha menghormati keputusannya. Meski sebenarnya, dia tidak pernah tahu bahwa aku sudah benar-benar jatuh cinta padanya.
“Tidak ada kecocokan lagi”. Gumamku!
“Tidak ada kecocokan lagi”. Gumamku lagi!
Rupanya aku sedang dipermainkan, aku berusaha untuk mencerna kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya ketika itu. Aku berusaha mencari ketidak cocokan yang mana yang membuat aku sama dia bisa berakhir seperti ini. Sekalipun aku berusaha mencari dan mencari, aku tetap tidak menemukannya karena sesungguhnya ketidakcocokan kita berdua ada pada dirinya sendiri. Dia yang membuat semuanya menjadi tidak cocok. Ketika ada pria lain yaitu Antok yang telah membuatnya lebih merasa hebat. Bagiku, dia kini sama asing

Jumat, Desember 09, 2011

Tingkat Keimanan

Tingkat Keimanan seeorang kepada Penciptanya bisa dibagi menjadi 4 ( empat ) tingkatan, yakni :

1. Tingkatan pertama seseorang beriman kepada Penciptanya, atas dasar KATANYA ( CENAH ) ;
Pada tingkatan ini jiwa seorang manusia hanya beriman menurut ceritera orang lain, seperti
Kata Nabi, Kata Wali, Kata Guru, Kata Orang tua, Kata Kitab dll.
Iman kepada Penciptanya ini, tingkatannya bisa maju juga bisa mundur, tergantung sering tidaknya Dia
bertanya dan bermusyawarah serta pengajian atau membaca.

2. Tingkatan kedua, seseorang beriman kepada Penciptanya, atas dasar YAKIN
Pada tingkatan ini jiwa seseorang manusia sedikit lebih maju keimanannya karena dia punya tingkatan
pertama, ditambah dengan yakin ada ciptaan2 lainnya selain pencipta memciptakan dirinya.

3. Tingkatan Ketiga, seseorang beriman kepada Penciptanya, atas dasar AINAL YAKIN
Pada tingkatan YAKIN ini jiwa seseorang sudah melihat Penciptanya secara penglihatan nyata, melalui
jalan SULUK yang dia kuasai dan atas Ridho Penciptanya dia berjumpa dan biasanya jarang ada
percakapan lisan bathin, karena dirinya sangat terpana dan terpesona.

4. Tinggatan Keempat, seseorang beriman kepada Penciptanya, Atas dasar HaqqulYAKIN
Pada Tingkat Haqqul YAKIN ini, adalah segala pucak dari puncak pertemuan JIWA seseorang
dengan pencipatanya, sehingga kerinduan akan pertemuan selalu menggandrunginya, karena Tingkat
Keimnannya sudah memuncak bahwa dirinya ada yang mencintainya yang hakiki.

Tulisan ini mohon di benarkan kalau ada kesalahan .. terimakasih

Selasa, November 29, 2011

Kesuksesan, Ketekunan dan Semangat Hidup

Semalam kurang tidur, pagi ini harus melanjutkan aktifitasku sebagai GTT di Sekolah negeri itu. Genap 8 tahun aku mengabdi . Semoga saja di tahun 2012 nanti ada pencerahan untuk honorer seperti aku yang ingin sekali diangkat CPNS sesuai janji Pemerintah


Tak apalah jam mengajarku jadi hilang karena keadaan, saat ini aku bekerja sebagai admin/tata usaha/ penulis karena teman-teman PNS meminta jam mengajarku kembali untuk pengajuan sertifikasi. Yah maklum aku hanya sebagai guru “gajulan” yang seikhlasnya mengajar bidang studi yang di butuhkan sekolah. Hanya dengan gaji 250ribu Alhamdulillah aku bisa mencukupi kebutuhanku, tapi saat ini belum bisa membantu orang tua, kalau malam aku ngelesi / privat yang alhamdulillah bisa mencapai 750ribu kalau insentif GTT cair ya bisa mencapai 1juta/bulan, Rasanya aku ingin pindah aja ke sekolah swasta biar bisa ikut program pemerintah yaitu sertifikasi. Sayang sekali GTT di sekolah negeri harus punya SK Bupati / Walikota. Ahh.. seaindainya saja aku di Madrasah Ibtidaiyyah seperti sebelumnya dibawah yayasan tentunya aku bisa sertifikasi seperti teman-teman seangakatanku . Tapi keinginan itu terlambat sudah, apa artinya pengabdian selama 8 tahun harus digantikan dengan keputusan konyol sepeti itu.


Adalah bu Anik., putri dari bapak K. Mohadi (Alm) yang sekarang sudah sukses. Potret keluarga yang sakinah dengan 4 orang anak yang lucu dan cerdas. Yang hidup penuh liku dan cerita-cerita penuh hikmah. Dari cerita beliau semalam dapat kusimpulkan sebagai berikut :

1. Harta dunia bukan tujuan, carilah apa yang ada semata-mata untuk meraih ridho Allah dengan ilmu yang dimiliki. ( Man arofa nafsahu faqod arofa robbahu)

2. Bersedekahlah semampunya niscaya Allah akan mengganti dengan berlipat ganda. ( Dulu hanya punya warung sup buah, sekarang, bisa punya usaha warnet dan toko helm)

3. Kesuksesan berawal dari ketekunan dan semangat pantang menyerah satu sama lain. (Dulu tidak punya apa-apa sekarang bisa punya 2 mobil dengan kerja keras suaminya di Kalimantan yang mendirikan Koperasi Bina Usaha)

Waktu sudah siang, rasa kantukku mulai datang. Tapi belum jam pulang., Semalam termenung dalam sajadah panjangku sampai menjelang waktu subuh. Bagai bahtera meniti samudera, terombang-ambing ombak, bergulung-gulung menggunung. Gunung karang menghalang, topan dan badai siap menerkam. Aku tak peduli, aku akan terus berlari, kan ku ganyang semua penghalang, Biar dicaci, biar dimaki, biar dihina biar dibenci, aku tak peduli, asalkan kebenaran selalu menyertai, asalkan Tuhan selalu meridhoi. Allahu Akbar !!

Sidorejo Kidul, Akhir Nopember 2011

Tanggung Jawab Siapa?


Mendung bergelayut layu, tiba-tiba hujan lebat mengguyur kota Salatigaku tercinta. Kulalui jalan Kota Salatiga yang licin dengan sepedamotor bututku, menuju kampung Jetis Wetan tempat ku mengajar pada sebuah Lembaga Pendidikan Al Qur`an binaan Ust Turjaun. Masih ada kewajiban mengajar di TPQ Al Chira karena Ust. Muhyiddin Anwar Al Hafidz sedang sakit, biasanya murid TPA ku mencapai 25 anak, tapi kini yang berangkat Cuma dua anak. Ya Bunga dan Linda, mereka kelihatan cemas menungguku.

Sesampai di TPQ kulihat mereka bersedih, ada apa dik ? tanyaku. Mereka kecewa karena teman-teman yang lain tidak datang. Masjid semegah dan di lantai dua TPQ itu sangat sepi. Anak-anak yang lain sedang tertidur pulas dengan mimpinya setelah seharian sekolah di SD / MI masing-masing. Mungkin mereka berharap TPQnya libur karena hujan deras.


Orang tua mana yang tidak bangga jika kita memiliki anak sholeh/ah yang taat pada Allah dan berbakti pada kedua orang tuanya. Tapi sayangnya mendidik anak agar menjadi anak sholeh/ah bukan pekerjaan mudah bagi orang tua saat ini. Para orang tua dituntut untuk mencurahkan perhatian dan pengorbanannya demi si buah hati tercinta.

Lahirnya seorang anak sholeh/ah bukan tiba-tiba saja muncul, tapi perlu ada pendidikan dan penanaman sejak usia dini. Ibarat tumbuhan, seorang anak perlu dirawat dan dijaga dengan baik. Semakin baik perawatan kita tentu akan semakin baik pula hasilnya. Salah satu yang seharusnya ditanamkan oleh para orang tua, sebagai bentuk penjagaan adalah bekal-bekal Al Qur’an. Al Qur’an adalah bekal utama yang tidak boleh ditinggalkan oleh para orang tua saat ini. Tanpa bekal Al Qur’an mustahil kita akan mampu mendidik anak kita menjadi anak yang sholeh/ah, sebab Islam memandang bahwa faktor yang menentukan seorang anak dikatakan sholeh/ah, dirinya memiliki bekal Al Qur’an.


Hari ini, kita banyak jumpai anak muslim di kampung-kampung yang tidak memiliki bekal Al Qur’an. Tidak adanya bekal Al Qur’an tersebut kebanyakan bukan karena anaknya malas untuk belajar atau karena orang tua yang enggan membekali anaknya, tapi lebih pada tidak adanya tempat untuk bisa membekali Al Qur’an (semacam TPA/TPQ). Hari ini TPA/TPQ masih tetap menjadi harapan dan tumpuan oleh kebanyakkan para orang tua saat ini khususnya yang minim ilmu dan harta. Hari ini TPA/TPQ di masjid kampung dinantikan dan diharapkan kiprahnya oleh mayoritas jama’ah dan masyarakat sekitar masjid. Akan tetapi, sekalipun TPA/TPQ di masjid kampung sangat urgen untuk membekali Al Qur’an bagi anak-anak saat ini, sayangnya tidak semua orang tua menaruh harapan terhadap TPA/TPQ.

Biasanya orang tua yang cukup ilmu dan mapan hidupnya (tingkat sosial menengah ke atas), tidak terlalu mengharapkan TPA/TPQ untuk membekali anak-anak mereka dengan Al Qur’an, mungkin mereka berpandangan bahwa bekal Al Qur’an masih bisa diberikan pada anak-anak mereka dengan cara dipondokpesantrenkan atau di sekolah fullday schoolkan (yang sudah meliputi bekal Al Qur’an), walaupun harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Dan kebetulan sekali, para orang tua yang tidak terlalu berharap pada TPA/TPQ justru kebanyakan didominasi kalangan pengurus masjid hari ini. Jika kita tidak percaya, coba kita cermati dengan baik, rata-rata pengurus masjid adalah orang yang secara ekonomi telah mapan, kemudian jika di lihat dari pendidikan anak-anak/keturunannya, kebanyakan mereka tidak tergantung dengan TPA/TPQ. Yang jadi pertanyaan adalah, mungkinkah jika orang yang tidak terlalu berharapan terhadap TPA’TPQ (sebagai sarana untuk membekali Al Qur’an untuk anak-anak) bisa peduli dan memperjuangkan nasib TPA/TPQ dengan baik dan sungguh-sungguh? Jawabannya sudah pasti tidak mungkin. Teman teman FBku sekalian, inilah barangkali sebabnya mengapa TPA/TPQ tidak bisa berjalan dengan baik di masjid kita hari ini.Dan seakan-akan tidak ada kesungguhan untuk menghidupkan dan menjalankan TPA/TPQ kembali dengan baik dan profesional.


Maka dari itu, jika masjid peduli dengan kepentingan jama’ah atau masyarakat muslim di sekitar masjid (yang mengalami kesulitan dalam memberikan bekal pengajaran Al Qur’an pada anak-anak mereka) tentu pengurus masjid akan memberikan perhatian lebih pada TPA/TPQ hari ini, bahkan jika perlu berkorban apapun asal TPA/TPQ bisa berjalan dengan baik, sehingga jama’ah merasakan manfaatnya, khususnya pada anak-anak mereka. Mari coba kita renungkan baik-baik, jika kita selaku orang tua begitu bersemangatnya beribadah di masjid (untuk mencari bekal akhirat), kita begitu rajin infaq ditiap jum’atan (walau kebanyakan hanya sekedar dikumpulkan saja), kita begitu peduli dengan berbagai kegiatan masjid. Tapi perlu anda ingat, bahwa semua itu kembali pada diri anda selaku pribadi muslim/orang tua. Lalu, mana yang kembali kepada anak-anak anda, walau hanya dalam wujud pengajaran Al Qur’an (di TPA/TPQ)? Sementara anda tidak mampu mengajarkan Al Qur’an sendiri ?

Hasilnya, inilah kenyataannya jika masjid tidak peduli dengan TPA/TPQ, anak-anak di sekitar masjid tidak mendapatkan manfaat dari masjidnya, kalaupun ada pengajaran Al Qur’an biasanya hanya di bulan Ramadhan semata. Yang jadi pertanyaan kita kembali, apa mungkin mendidik anak-anak kita dengan Al Qur’an hanya mengandalkan bulan Ramadhan ?

Maka, jika ada masjid yang TPA/TPQ nya saja tidak berjalan, atau berjalan tapi asal jalan semata, hal ini menunjukkan kegagalan pengurus masjidnya, tapi sayangnya pengurus masjid hari ini banyak yang merasa tidak pernah gagal menjadi pengurus masjid. orang tuanya. Tapi sayangnya mendidik anak agar menjadi anak sholeh/ah bukan pekerjaan mudah bagi orang tua saat ini. Para orang tua dituntut untuk mencurahkan perhatian dan pengorbanannya demi si buah hati tercinta. Lahirnya seorang anak sholeh/ah bukan tiba-tiba saja muncul, tapi perlu ada pendidikan dan penanaman sejak usia dini. Ibarat tumbuhan, seorang anak perlu dirawat dan dijaga dengan baik. Semakin baik perawatan kita tentu akan semakin baik pula hasilnya. Salah satu yang seharusnya ditanamkan oleh para orang tua, sebagai bentuk penjagaan adalah bekal-bekal Al Qur’an. Al Qur’an adalah bekal utama yang tidak boleh ditinggalkan oleh para orang tua saat ini. Tanpa bekal Al Qur’an mustahil kita akan mampu mendidik anak kita menjadi anak yang sholeh/ah, sebab Islam memandang bahwa faktor yang menentukan seorang anak dikatakan sholeh/ah, dirinya memiliki bekal Al Qur’an.


Hari ini, kita banyak jumpai anak muslim di kampung-kampung yang tidak memiliki bekal Al Qur’an. Tidak adanya bekal Al Qur’an tersebut kebanyakan bukan karena anaknya malas untuk belajar atau karena orang tua yang enggan membekali anaknya, tapi lebih pada tidak adanya tempat untuk bisa membekali Al Qur’an (semacam TPA/TPQ). Hari ini TPA/TPQ masih tetap menjadi harapan dan tumpuan oleh kebanyakkan para orang tua saat ini khususnya yang minim ilmu dan harta. Hari ini TPA/TPQ di masjid kampung dinantikan dan diharapkan kiprahnya oleh mayoritas jama’ah dan masyarakat sekitar masjid. Akan tetapi, sekalipun TPA/TPQ di masjid kampung sangat urgen untuk membekali Al Qur’an bagi anak-anak saat ini, sayangnya tidak semua orang tua menaruh harapan terhadap TPA/TPQ. Biasanya orang tua yang cukup ilmu dan mapan hidupnya (tingkat sosial menengah ke atas), tidak terlalu mengharapkan TPA/TPQ untuk membekali anak-anak mereka dengan Al Qur’an, mungkin mereka berpandangan bahwa bekal Al Qur’an masih bisa diberikan pada anak-anak mereka dengan cara dipondokpesantrenkan atau di sekolah fullday schoolkan (yang sudah meliputi bekal Al Qur’an), walaupun harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Dan kebetulan sekali, para orang tua yang tidak terlalu berharap pada TPA/TPQ justru kebanyakan didominasi kalangan pengurus masjid hari ini. Jika anda tidak percaya, coba anda cermati dengan baik, rata-rata pengurus masjid adalah orang yang secara ekonomi telah mapan, kemudian jika di lihat dari pendidikan anak-anak/keturunannya, kebanyakan mereka tidak tergantung dengan TPA/TPQ. Yang jadi pertanyaan adalah, mungkinkah jika orang yang tidak terlalu berharapan terhadap TPA’TPQ (sebagai sarana untuk membekali Al Qur’an untuk anak-anak) bisa peduli dan memperjuangkan nasib TPA/TPQ dengan baik dan sungguh-sungguh? Jawabannya sudah pasti tidak mungkin.

Inilah mungkin sebabnya mengapa TPA/TPQ tidak bisa berjalan dengan baik di masjid kita hari ini.Dan seakan-akan tidak ada kesungguhan untuk menghidupkan dan menjalankan TPA/TPQ kembali dengan baik dan profesional. Maka dari itu, jika masjid peduli dengan kepentingan jama’ah atau masyarakat muslim di sekitar masjid (yang mengalami kesulitan dalam memberikan bekal pengajaran Al Qur’an pada anak-anak mereka) tentu pengurus masjid akan memberikan perhatian lebih pada TPA/TPQ hari ini, bahkan jika perlu berkorban apapun asal TPA/TPQ bisa berjalan dengan baik, sehingga jama’ah merasakan manfaatnya, khususnya pada anak-anak mereka.

Mari coba kita renungkan baik-baik, jika kita selaku orang tua begitu bersemangatnya beribadah di masjid (untuk mencari bekal akhirat), kita begitu rajin infaq ditiap jum’atan (walau kebanyakan hanya sekedar dikumpulkan saja), kita begitu peduli dengan berbagai kegiatan masjid. Tapi perlu kita ingat, bahwa semua itu kembali pada diri kita selaku pribadi muslim/orang tua. Lalu, mana yang kembali kepada anak-anak kita, walau hanya dalam wujud pengajaran Al Qur’an (di TPA/TPQ)? Sementara kita tidak mampu mengajarkan Al Qur’an sendiri ? Wal hasil, inilah kenyataannya jika masjid tidak peduli dengan TPA/TPQ, anak-anak di sekitar masjid tidak mendapatkan manfaat dari masjidnya, kalaupun ada pengajaran Al Qur’an biasanya hanya di bulan Ramadhan semata.



Yang jadi pertanyaan kita kembali, apa mungkin mendidik anak-anak kita dengan Al Qur’an hanya mengandalkan bulan Ramadhan ? Maka, jika ada masjid yang TPA/TPQ nya saja tidak berjalan, atau berjalan tapi asal jalan semata, hal ini menunjukkan kegagalan pengurus masjidnya, tapi sayangnya pengurus masjid hari ini banyak yang merasa tidak pernah gagal menjadi pengurus masjid

Faktor terbesar yang menyebabkan terjadinya dekadensi moral pada anak-anak dan terbentuknya kepribadian yang buruk pada diri mereka adalah kurangnya perhatian kedua orang tua untuk mengajarkan akhlak yang mulia kepada si anak dan dikarenakan kesibukan mereka hingga tidak ada kesempatan untuk mengarahkan dan mendidik anak-anaknya.

Apabila seorang ayah tidak lagi peduli terhadap tanggung jawabnya untuk mengarahkan dan mendidik serta mengawasi anak-anaknya, dan dikarenakan faktor tertentu, si ibu kurang menunaikan kewajibannya dalam mendidik si anak maka tidak diragukan lagi si anak akan tumbuh seperti anak yatim yang tidak memiliki orang tua, ia hidup bagai sampah masyarakat, bahkan suatu saat akan menjadi penyebab terjadinya kerusakan dan kejahatan di tengah-tengah umat.

Sesungguhnya kepedulian kedua orang tua tidak hanya terbatas memberikan pengajaran kepada mereka. Akan tetapi, mereka harus dibimbing dan dibantu dalam mempraktekkan bagaimana cara berbakti kepada kedua orang tuanya, tentu dengan cara dan perlakuan terbaik. Akan tetapi, jika orang tua tidak peduli akan pendidikan akhlak mereka maka si anak akan menjadi duri bagi kedua orang tuanya, karena berbakti kepada kedua orang tua merupakan sifat yang tidak akan muncul begitu saja tanpa melalui pengajaran

Tak terasa waktu sudah hampir maghrib, akupun pulang dengan mata berkaca-kaca. Perjuangan tak akan pernah berakhir. Wahai para orang tua? Mari kita prioritaskan pendidikan agama pada putra-putri kita. Mohon maaf bila tulisan ini kurang berkenan dihati. Semoga apa yang kita berikan walau sedikit dapat bermanfaat bagi sesama. Khoirun Nass anfauhum linnas.,, Amin ..

FB : abiesubhan@yahoo.co.id

Sabtu, November 26, 2011

Kupinang Engkau Dengan Hamdalah


“Di antara tanda-tanda kekuasaan Allah, ialah diciptakannya pasangan-pasanganmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung padanya. Dan Allah menjadikan di antara kalian perasaan tenteram dan kasih sayang. Pada yang demikian ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.” (QS: Ar-Rum-21)Ketika tiba masa usia aqil baligh, maka perasaan ingin memperhatikan dan diperhatikan lawan jenis begitu bergejolak. Banyak perasaan aneh dan bayang-bayang suatu sosok berseliweran tak karuan. Kadang bayang-bayang itu menjauh tapi kadang terasa amat dekat. Kadang seorang pemuda bisa bersikap acuh pada bayang-bayang itu tapi kadang terjebak dan menjadi lumpuh. Perasaan sepi tiba-tiba menyergap ke seluruh ruang hati. Hati terasa sedih dan hidup terasa hampa. Seakan apa yang dilakukannya jadi sia-sia. Hidup tidak bergairah. Ada setitik harapan tapi berjuta titik kekhawatiran justru mendominasi.

Perasaan semakin tak menentu ketika harapan itu mulai mengarah kepada lawan jenis. Semua yang dilakukannya jadi serba salah. Sampai kapan hal ini berlangsung? Jawabnya ada pada pemuda itu sendiri. Kapan ia akan menghentikan semua ini. Sekarang, hari ini, esok, atau tahun-tahun besok. Semakin panjang upaya penyelesaian dilakukan yang jelas perasaan sakit dan tertekan semakin tak terperikan. Sebaliknya semakin cepat /pendek waktu penyelesaian diupayakan, kebahagiaan & kegairahan hidup segera dirasakan. Hidup menjadi lebih berarti & segala usahanya terasa lebih bermakna.

Penyelesaian apa yang dimaksud? Menikah! Ya menikah adalah alat solusi untuk menghentikan berbagai kehampaan yang terus mendera. Lantas kapan? Bilakah ia bisa dilaksanakan? Segera! Segera di sini jelas berbeda dengan tergesa-gesa. Untuk membedakan antara segera dengan tergesa-gesa, bisa dilihat dari dua cara :

Pertama, tanda-tanda hati. Orang yang mempunyai niat tulus, kata Imam Ja’far, adalah dia yang hatinya tenang, sebab hati yang tenang terbebas dari pemikiran mengenai hal-hal yang dilarang, berasal dari upaya membuat niat murni untuk Allah dalam segala perkara. Kalau menyegerakan menikah karena niat yang jernih, Insya Allah hati akan merasakan sakinah, yaitu ketenangan jiwa saat menghadapi masalah-masalah yang harus diselesaikan. Kita merasa yakin, meskipun harapan & kekhawatiran meliputi dada. Lain lagi dengan tergesa-gesa. Ketergesaan ditandai oleh perasaan tidak aman & hati yang diliputi kecemasan yang memburu.

Kedua, tanda-tanda perumpamaan. Ibarat orang bikin bubur kacang hijau, ada beberapa bahan yang diperlukan. Bahan paling pokok adalah gula & kacang hijau. Jika gula & kacang hijau dimasukkan air kemudian direbus, maka akan didapati kacang hijau tidak mengembang. Ini namanya tergesa-gesa. Kalau gula baru dimasukkan setelah kacang hijaunya mekar ini namanya menyegerakan. Tapi kalau lupa, tidak segera memasukkan gula setelah kacang hijaunya mekar cukup lama orang akan kehilangan banyak zat gizi yang penting.

Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah bersabda : “Tiga orang yang selalu diberi pertolongan Allah adalah seorang mujahid yang selalu memperjuangkan agama Allah, seorang penulis yang selalu memberi penawar & seorang yang menikah untuk menjaga kehormatannya” (HR Thabrani)

Banyak jalan yang dapat menghantarkan orang kepada peminangan & pernikahan. Banyak sebab yang mendekatkan dua orang yang saling jauh menjadi suami istri yang penuh barakah & diridhai Allah. Ketika niat sudah mantap & tekad sudah bulat, persiapkan hati untuk melangkah ke peminangan. Dianjurkan, memulai lamaran dengan hamdalah & pujian lainnya kepada Allah SWT. Serta Shalawat kepada Rasul-Nya. Abu Hurairah r.a. menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : “Setiap perkataan yang tidak dimulai dengan bacaan hamdalah, maka hal itu sedikit barakahnya (terputus keberkahannya)” HR Abu Daud, Ibnu Majah & Imam Ahmad.

Setelah peminangan disampaikan, biarlah pihak wanita & wanita yang bersangkutan untuk mempertimbangkan. Sebagian memberikan jawaban segera, sebelum kaki bergeser dari tempat berpijaknya, sebab menikah mendekatkan kepada keselamatan akhirat, sedang calon yang datang sudah diketahui akhlaqnya, sebagian memerlukan waktu yang cukup lama untuk bisa memberi kepastian apakah pinangan diterima atau ditolak, karena pernikahan bukan untuk sehari dua hari.

Apapun, serahkan kepada keluarga wanita untuk memutuskan. Mereka yang lebih tahu keputusan apa yang terbaik bagi anaknya. Anda harus husnudzan pada mereka. Bukankah ketika meminang wanita berarti anda mempercayai wanita yang diharapkan oleh anda beserta keluarganya.

Keputusan apapun yang mereka berikan, sepanjang didasarkan atas musyawarah yang lurus, akan baik dan Insya Allah memberi akibat yang baik bagi anda. Tidak kecewa orang yang istikharah & tidak merugi orang yang musyawarah. Maka apapun hasil musyawarah, sepanjang dilakukan dengan baik, akan membuahkan kebaikan. Sebuah keputusan tidak bisa disebut buruk atau negatif, jika memang didasarkan kepada musyawarah yang memenuhi syarat, hanya karena tidak memberi kesempatan kepada anda untuk menjadi anggota keluarga mereka. Jika niat anda memang untuk silaturrahim, bukankah masih tersedia banyak peluang untuk menyambung?

Anda telah meminangnya dengan hamdalah, anda telah dimampukan datang oleh Allah Yang Maha Besar. Dia-lah Yang Maha Lebih Besar. Semuanya kecil. Ada pelajaran yang sangat berharga dari Bilal bin Rabbah tentang meminang. Ketika ia bersama Abu Ruwaihah menghadap kabilah Khaulan, Bilal mengemukakan : “Jika pinangan kami anda terima, kami ucapkan Alhamdulillah. Dan kalau anda menolak, maka kami ucapkan Allahu Akbar.” Maka, kalau pinangan yang anda sampaikan ditolak, agungkan Allah, semoga anda tetap berbaik sangka kepada Allah & juga kepada keluarganya. Sebab bisa jadi, penolakan merupakan jalan pensucian jiwa dari kedzaliman diri sendiri, bisa jadi penolakan merupakan proses untuk mencapai kematangan, kemantapan & kejernihan niat. Sementara ada banyak hal yang dapat mengotori niat. Bisa jadi Allah hendak mengangkat derajat anda, kecuali anda justru malah merendahkan diri sendiri. Tapi hati perlu diperiksa, jangan-jangan perasaan itu muncul karena ujub.

Kekecewaan, mungkin saja timbul. Barangkali ada perasaan yang perih, barangkali juga ada yang merasa kehilangan rasa percaya diri saat itu. Ini merupakan reaksi psikis yang wajar, kecewa adalah perasaan yang manusiawi, tetapi ia harus diperlakukan dengan cara yang tepat agar ia tidak menggelincirkan ke jurang kenistaan yang sangat gelap. Kecewa memang pahit. Orang sering tidak tahan menanggung rasa kecewa, mereka berusaha membuang jauh-jauh sumber kekecewaan. Sekilas nampak tidak ada masalah, tetapi setiap saat berada dalam kondisi rawan. Perasaan itu mudah bangkit lagi dengan rasa sakit yang lebih perih. Dan yang demikian tidak dikehendaki Islam. Islam menghendaki kekecewaan itu menghilang perlahan-lahan secara wajar. Sehingga kita bisa mengambil jarak dari sumber kekecewaan dengan tidak kehilangan obyektivitas & kejernihan hati, kita menjadi lebih tegar, meskipun proses yang dibutuhkan untuk menghapus kekecewaan lebih lama.

Kalau anda merasa kecewa, periksalah niat anda. Dibalik yang dianggap baik, mungkin ada niat yang tidak lurus. Periksalah motif-motif yang melintas dalam batin. Selama peminangan hingga saat menunggu jawaban. Kemudian biarkan hati memproses secara wajar sampai menemukan kembali ketenangan secara mantap.

Tetapi kalau jawaban yang diberikan oleh keluarga wanita sesuai harapan, berbahagialah sejenak. Bersyukurlah. Insya Allah kesendirian yang dialami dengan menanggung rasa sepi sebentar lagi akan menghapus kepenatan selama di luar rumah. Insya Allah sebentar lagi.

Tunggulah beberapa saat. Setelah tiba masanya, halal bagi anda untuk melakukan apa saja yang menjadi hak anda bersamanya. Akan tiba masanya anda merasakan kehangatan cintanya. Kehangatan cinta wanita yang telah mempercayakan kesetiaannya kepada anda. Setelah tiba masanya, halal bagi anda untuk menemukan pangkuannya ketika anda risau.

Selama menunggu, ada kesempatan untuk menata hati. Melalui pernikahan Allah memberikan banyak keindahan & kemuliaan. Wanita boleh menawarkan Islam memberikan penghormatan yang suci kepada niat & ikhtiar untuk menikah. Nikah adalah masalah kehormatan agama, bukan sekedar legalisasi penyaluran kebutuhan biologis dengan lawan jenis. Islam memperbolehkan kaum wanita untuk menawarkan dirinya kepada laki-laki yang berbudi luhur, yang ia yakini kehormatan agamanya, dan kejujuran amanahnya menjadi suaminya. Dan Khadijah r.a atas teladan bagi wanita yang bermaksud untuk menawarkan diri.

Sikap menawarkan diri menunjukkan ketinggian akhlaq & kesungguhan untuk mensucikan diri. Sikap ini lebih dekat kepada ridha Allah & untuk mendapatkan pahala-Nya, Allah pasti mencatatnya sebagai kemuliaan & mujahadah yang suci. Tidak peduli tawarannya diterima atau ditolak, terutama kalau ia tidak mempunyai wali. Insya Allah, jika sikap menawarkan diri dilakukan dengan ketinggian sopan santun, tidak akan menimbulkan akibat kecuali yang maslahat. Seorang laki-laki yang memiliki pengetahuan yang mendalam pasti akan meninggikan penghormatan seperti ini, kecuali laki-laki yang rendah & tidak memiliki kehormatan, kecuali sekedar apa yang disangkanya sebagai kebaikan.

Imam Bukhari menceritakan cerita dari Anas r.a ada seorang wanita yang datang menawarkan diri kepada Rasulullah SAW dan berkata : “Ya Rasulullah! Apakah baginda membutuhkan daku?” Putri Anas yang hadir & mendengarkan perkataan wanita itu mencela sang wanita yang tidak punya harga diri & rasa malu, “Alangkah sedikitnya rasa malunya, sungguh memalukan, sungguh memalukan.” Anas berkata kepada putrinya : “Dia lebih baik darimu, Dia senang kepada Rasulullah SAW lalu dia menawarkan dirinya untuk beliau!” (HR Bukhari).

Minggu, November 20, 2011

CInta Akan Kedewasaan


Mencintai orang yang lebih dewasa, ah rasanya tidak mungkin. Andai dia tahu bahwa yang dia lakukan adalah suatu kesalahan mungkin tidak akan pernah dia menjalani hubungannya dengan lelaki dewasa. Tak terbersit sedikit pun rasa ingin atau sekedar mengagumi lelaki dewasa yang sudah mapan, tapi kenyataannya, dia telah melakukan hal tersebut.


Mencintai bagi dia merupakn suatu yang menganggu ketika dia merasa ada rasa cinta dan sayang kepada laki-laki dewasa selain orang tuanya. Rasa cinta dan sayang itu bukan hanya rasa yang dia miliki layaknya rasa y\cinta yang dia berikan atau dia rasakan ketika bersama orang tuanya. Dia tak pernah menyadari bahwa yang dia lakukan adalah hal yang salah. Pernah dia berpikir bahwa rasa itu hanyalah rasa yang dia rasakan karena dia merasa dirinya masih kecil dan bersikap kekanak-kanakan. Dia merasa nyaman ketika dia berdekatan dengan orang yang layaknya dia sebut sebagai ayah.

Lambat laun rasa itu berubah menjadi rasa yang berbeda, jauh dari yang dia bayangkan. Dia merasa seluruh orang menghina sikapnya. Dia merasa semua orang mencibir dan mengatakan dia tidak tahu diri, tapi itu hanya dalam pikirannya saja karena tak pernah dia berperilaku yang membuat orang tahu kalau dia menyukai lelaki dewasa.


Mula-mula dia menganggap lelaki dewasa adalah seorang ayah. Bersamanyalah dia mendapatkan perlindungan, kasih sayang, dan kehangatan. Rasa itu terasa cepat sekali berubah menjadi rasa yang jauh mengejutkan. Rasa suka seorang wanita kepada seorang laki-laki, itulah yang dia rasakan saat ini. Tanggung jawab, pengertian, dan perhatian yang lelaki dewasa itu berikan layaknya atau tepatnya ia curahkan sebagai bentuk kasih sayang seorang ayah kepada anaknya ditanggapi berbeda dari dia.

Dia tak tahu harus berbuat apa. Di hatinya terbersit untuk menyingkirkan dan kadang dia menisbahkan dirinya sebagai wanita yang hina. Dia tahu lelaki dewasa itu sudah mempunyai anak, usianya pun jauh di atas usianya, tapi semua itu tidak bisa membuat dia melupakan lelaki dewasa yang tertanam dalam benak luasnya yang kini mulai menyempit karena keberadaan lelaki dewasa itu.

“Aku harus berbuat apa. Aku tidak pernah ingin merasakan cinta kepada lelaki itu !” Teriaknya dalam hati. “Kalau pun aku mencintai seorang lelaki, aku tahu batas. Aku tidak akan berani mencintai lelaki yang sudah beristri !” lanjutnya kembali.

Wanita itu menangis dan terus menangis di atas sajadah yang terhampar di kamarnya, tempat teraman dan ternyaman yang dia punyai. Teman akrabnya pun tidak pernah dia ceritakan bahwa dia sedang mencintai lelaki dewasa. Dia hanya memendam rasa yang selama ini dia rasakan sebagai sesuatu yang sangat menyiksa dirinya. Dia sendiri tanpa kawan. Hanya batinnya dan Allah saja yang tahu keadaan dia yang sesungguhnya.

“salah kah aku ya Allah. Aku mencintainya karena kesholehan yang dia miliki. Aku mencintainya karena akhlaq yang baik dan indah yang dia punyai. Patutkan aku disalahkan yang Allah jika aku tidak menginginkannya sedang rasa itu datang dengan sendirinya dan aku tidak pernah menginginkn rasa itu ya Allah.” Dia larut dalam tangis yang tak pernah dia rasakan sebelumnya. Dia merasa dirinya tak pantas diberikan cobaan seperti ini. Hatinya menjerit untuk menyangkal bahwa dia tidak sepenuhnya mengingikan rasa itu berkecamuk di dadanya. Andai pun rasa itu muncul di hatinya, yang dia inginkan bukan lelaki dewasa yang pantas dia sebut sebagai ayah.


Dia tak tahu harus mengadu kepada siapa. Dia tidak percaya bahwa orang lain bisa memahami dirinya seutuhnya. Dia malah bersu’udzon dengan apa-apa yang akan dikatakan oleh orang lain terhadap apa yang akan dia sampaikan. Lelaki dewasa itu memang pantas untuk dicintai, tapi bukannya cinta seperti cintanya seorang wanita terhadap seorang laki-laki, tapi cinta antara seorang anak terhadap ayahnya.

Wanita itu selalu menyalahkan dirinya. Dia tahu bahwa suatu saat nanti dia akan dipertemukan dengan seorang yang lebih pantas untuknya, bukan lelaki dewasa yang dia kenal sekarang ini.

Kalaupun lelaki dewasa itu adalah jodoh yang Allah tetapkan untuk dirinya, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Pasti cemoohan dan wajah sinis akan dia rasakan ketika dia bertemu dengan tetangga-tetangganya. Dia tepis semua su’udzon terhadap tetangganya.

Sudah banyak orang mau mendekatinya. Ada juga yang ingin mengajaknya untuk mengarungi bahtera kehidupan keluarga, tapi dia tolak. Dia merasa di dalam diri lelaki yang mencoba mendekatinya itu tidak memiliki sifat-sifat seperti lelaki dewasa itu. Dia fokus pada sifat yang dia lihat pada lelaki dewasa itu dan menutup jauh setiap sifat yang dimiliki oleh lelaki muda yang datang kepadanya.

Jodoh dan Kedewasaan Kita

Assalamualaikum wr. wb


Jodoh adalah problema serius, terutama bagi para Muslimah. Kemana pun mereka melangkah, pertanyaan-pertanyaan “kreatif” tiada henti membayangi. Kapan aku menikah? Aku rindu seorang pendamping, namun siapa? Aku iri melihat wanita muda menggendong bayi, kapan giliranku dipanggil ibu? Aku jadi ragu, benarkah aku punya jodoh? Atau jangan-jangan Tuhan berlaku tidak adil?

Jodoh serasa ringan diucap, tapi rumit dalam realita. Kebanyakan orang ketika berbicara soal jodoh selalu bertolak dari sebuah gambaran ideal tentang kehidupan rumah tangga. Otomatis dia lalu berpikir serius tentang kriteria calon idaman. Nah, di sinilah segala sedu-sedan pembicaraan soal jodoh itu berawal. Pada mulanya, kriteria calon hanya menjadi ‘bagian masalah’, namun kemudian justru menjadi inti permasalahan itu sendiri.


Di sini orang berlomba mengajukan “standardisasi” calon: wajah rupawan, berpendidikan tinggi, wawasan luas, orang tua kaya, profesi mapan, latar belakang keluarga harmonis, dan tentu saja kualitas keshalihan.
Ketika ditanya, haruskah seideal itu? Jawabnya ringan, “Apa salahnya? Ikhtiar tidak apa, kan?” Memang, ada juga jawaban lain, “Saya tidak pernah menuntut. Yang penting bagi saya calon yang shalih saja.” Sayangnya, jawaban itu diucapkan ketika gurat-gurat keriput mulai menghiasi wajah. Dulu ketika masih fresh, sekadar senyum pun mahal.

Tidak ada satu pun dalih, bahwa peluang jodoh lebih cepat didapatkan oleh mereka yang memiliki sifat superior (serbaunggul). Memperhitungkan kriteria calon memang sesuai sunnah, namun kriteria tidak pernah menjadi penentu sulit atau mudahnya orang menikah. Pengalaman riil di lapangan kerap kali menjungkirbalikkan prasangka-prasangka kita selama ini.
Jodoh, jika direnungkan, sebenarnya lebih bergantung pada kedewasaan kita. Banyak orang merintih pilu, menghiba dalam doa, memohon kemurahan Allah, sekaligus menuntut keadilan-Nya. Namun prestasi terbaik mereka hanya sebatas menuntut, tidak tampak bukti kesungguhan untuk menjemput kehidupan rumah tangga.


Mereka bayangkan kehidupan rumah tangga itu indah, bahkan lebih indah dari film-film picisan ala bintang India, Sahrukh Khan. Mereka tidak memandang bahwa kehidupan keluarga adalah arena perjuangan, penuh liku dan ujian, dibutuhkan napas kesabaran panjang, kadang kegetiran mampir susul-menyusul. Mereka hanya siap menjadi raja atau ratu, tidak pernah menyiapkan diri untuk berletih-letih membina keluarga.

Kehidupan keluarga tidak berbeda dengan kehidupan individu, hanya dalam soal ujian dan beban jauh lebih berat. Jika seseorang masih single, lalu dibuai penyakit malas dan manja, kehidupan keluarga macam apa yang dia impikan?
Pendidikan, lingkungan, dan media membesarkan generasi muda kita menjadi manusia-manusia yang rapuh. Mereka sangat pakar dalam memahami sebuah gambar kehidupan yang ideal, namun lemah nyali ketika didesak untuk meraih keidealan itu dengan pengorbanan. Jika harus ideal, mereka menuntut orang lain yang menyediakannya. Adapun mereka cukup ongkang-ongkang kaki. Kesulitan itu pada akhirnya kita ciptakan sendiri, bukan dari siapa pun.
Bagaimana mungkin Allah akan memberi nikmat jodoh, jika kita tidak pernah siap untuk itu? “Tidaklah Allah membebani seseorang melainkan sekadar sesuai kesanggupannya.” (QS Al Baqarah, 286). Di balik fenomena “telat nikah” sebenarnya ada bukti-bukti kasih sayang Allah SWT.


Ketika sifat kedewasaan telah menjadi jiwa, jodoh itu akan datang tanpa harus dirintihkan. Kala itu hati seseorang telah bulat utuh, siap menerima realita kehidupan rumah tangga, manis atau getirnya, dengan lapang dada.
Jangan pernah lagi bertanya, mana jodohku? Namun bertanyalah, sudah dewasakah aku?
Wallahu a’lam bisshawaab.

wassalamu’alaikum wr wb
(RKI)

Rabu, November 09, 2011

Perjuangan dan Doa

Perjalanan ini sangat melelahkan, orang tuaku mengajarkan untuk hidup mandiri, hingga cita-citaku tuk mengejar karir sampai saat ini masih bertahan akan sebuah pengabdian menjadi insan pendidik yang bisa jadi penerang dalam kegelapan.
Delapan tahun sudah aku mengabdi di sebuah sekolah Negeri di Salatiga dengan gaji yang sangat minim.






Kesejahteraan yang belum bisa kurasakan, kesuksesan yang belum kuraih menjadikan mereka yang pernah dekat denganku meninggalkan aku. Satu demi satu hanya tinggal cerita. Mereka bukan jodohku. Mereka sudah banyak mengajarkan aku tentang hidup, kedewasaan, kesabaran dan keikhlasan..

Senin, November 07, 2011

STATUS DI FB

Berbagai macam status bermunculan di dinding facebook, ribuan ungkapan dari ribuan hati dan akal manusia yang menyampaikan apa yang dirasakannya, sebagian dari mereka menggunakan facebook sebagai sarana untuk menyampaikan dakwah, saling menasihati dalam kebaikan dan menerbitkan catatan-catatan yang bermanfaat bagi kaum muslimin sehingga berada di lingkungan facebook bersama mereka terasa menyejukkan, dengan berusaha menghindari fitnah dalam dakwah di facebook beberapa ikhwah telah memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam menyebarkan dakwah sunnah di Indonesia ini.

Namun ibarat pedang bermata dua, facebook juga memiliki sisi negatif, bagi mereka yang tidak mampu memilih teman yang baik untuk menjadi teman “mudzakaroh”, facebook berubah menjadi sebuah “racun” yang membawa penggunanya memasuki pergaulan yang tidak sesuai dengan syari’at Islam, terlebih itu facebook bisa menjadi sarana yang bisa merusak akidah, akhlak dan jiwa seseorang dalam prosesnya, sekali lagi, facebook hanyalah benda mati yang tidak bisa dipersalahkan, namun yang harus diperhatikan adalah bagaimana dalam menggunakan facebook itu sendiri.

Yang menjadi fokus pembahasan dalam catatan ini adalah bahwa bagaimana kita menjaga status dan apa yang kita sampaikan bukanlah menjadi sarana perusak dari iman kita. Facebook memang suatu sarana bagi ikhwah untuk menyampaikan perpanjangan perbuatan dari lidah penulisnya, jadi apa yang telah dituliskan di status seseorang adalah termasuk juga sesuatu yang disampaikan melalui lidahnya. Fungsi tangan dalam mengetik dalam status menjadi pengganti dari fungsi lisan yang mengucapkan sesuatu, jika ucapan itu baik maka akan berakibat baik juga bagi orang lain dan si pengucapnya, namun sebaliknya jika ucapan itu buruk maka akan berakibat buruk juga bagi orang lain dan si pengucap itu sendiri. Maka dari itu, kami harapkan agar ikhwah benar-benar selalu menjaga “lisan” nya dalam statusnya masing-masing...

Berikut ini beberapa hal yang membuat pemilik status beresiko untuk merusak imannya, dalam ke-isengannya menerbitkan status facebook yang tidak bermanfaat :

BERBICARA DALAM HAL YANG TIDAK BERMANFAAT

Manusia telah diberikan modal yang sangat berharga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yakni usia atau waktu dalam kehidupannya, dengan waktu itu manusia mampu mengumpulkan pahala yang banyak, sehingga lebih tepat seorang mukmin menggunakan waktu yang ada pada dirinya untuk berdzikir kepada Allah Ta’ala, saling menasihati dalam kebenaran dan menuntut ilmu syar’i agar waktu yang ia miliki itu membawa kemanfaatan bagi dirinya.

Manusia yang tidak menggunakan waktunya dengan hal-hal yang bermanfaat memiliki tiga kerugian, pertama adalah dia rugi dengan keburukan yang dia lakukan dengan bertambahnya dosa dari keburukannya itu, kedua apabila perbuatannya tidak berbahaya maka dia telah kehilangan waktunya dengan terbuang percuma, dan yang ketiga dia telah kehilangan waktu dalam hidupnya untuk peluang menghasilkan pahala dan waktu itu tidak mungkin ia dapatkan lagi. Sungguh merugi orang-orang yang membuang waktunya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Cerminan baiknya ke-Islam-an seseorang apabila ia mampu meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat bagi dirinya.” [HR. Tirmidzi (3/382), dinilai hasan oleh an-Nawawi rahimahullah dalam Riyadush Shalihin]

Meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat bermakna suatu hal yang tidak berpeluang menghasilkan kebaikan dalam dunia dan akhiratnya sesuai ukuran syari’at Islam, sesuai dengan Al-Qur’an dan hadits yang shahih, bukan dengan hal-hal yang hanya memuaskan nafsu duniawinya saja, jika seseorang menggunakan waktunya untuk menulis suatu status yang tidak bermanfaat untuk memuaskan dirinya dan nafsunya, atau untuk sekedar ber -“haha-hihi” dalam facebook, menulis status yang tidak memiliki makna, atau dengan tulisan-tulisan yang tidak bisa dipahami secara syar’i, maka hal ini termasuk seseorang tersebut telah menunjukkan buruknya ke-Islam-an dalam dirinya.

Mujahid rahimahullah berkata “Aku pernah mendengar Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Lima hal yang lebih aku sukai daripada hadiah berupa unta pilihan (unta pilihan adalah kendaraan yang paling baik saat itu, di masa sekarang mirip dengan kendaraan (mobil/motor) yang terbaik, lalu di masa kini siapakah yang rela menyukai berdiam diri dari hal-hal yang tidak bermanfaat dibanding diberi mobil / motor terbaik?) adalah :

1. Jangan berbicara dalam perkara yang tidak bermanfaat bagimu, sebab hal itu termasuk perbuatan sampah. Dikhawatirkan engkau akan mendapat dosa disebabkan perbuatanmu itu.
2. Jangan berbicara untuk perkara yang bermanfaat bagimu sampai engkau memastikan sesuai waktunya, karena seringkali seseorang berbicara dalam perkara yang bermanfaat baginya, tetapi pada waktu yang tidak tepat, sehingga menyusahkannya.
3. Jangan membantah orang bijak (shalih) dan orang pandir (jahil), sebab seseorang yang shalih akan membencimu dan seseorang yang jahil akan menyakiti hatimu.
4. Jika saudaramu sedang pergi, sebutlah dengan apa yang engkau inginkan ia menyebutmu. Maafkanlah ia dari apa yang engkau ingin ia memaafkanmu. Dan bergaullah dengan cara yang engkau ingin ia melakukannya terhadapmu.
5. Berbuatlah dengan perbuatan orang yang memahami bahwa siapa yang membalas kebaikan, maka ia akan diberi penghormatan.

Maka kami wasiatkan agar setiap mukmin dan mukminah yang beriman kepada Allah Ta’ala serta Hari Akhir agar menjauhkan diri dari perkara-perkara yang tidak bermanfaat dalam facebook, yakni dengan menuliskan status-status yang jauh dari menasihati dalam kebenaran (dakwah kepada Allah Ta’ala).

BANYAK BICARA

Diriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat kedudukannya denganku pada hari kiamat kelak, yaitu orang yang terbaik akhlaknya. Dan orang yang paling aku benci dan paling jauh kedudukannya dariku pada hari kiamat kelak, yaitu tsartsarun, mutasyaddiqun dan mutafaihiqun". Sahabat bertanya : "Ya, Rasulullah. Kami sudah mengetahui arti tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa arti mutafaihiqun?" Beliau menjawab,"Orang yang sombong." [HR at Tirmidzi, ia berkata: "Hadits ini hasan". Hadits ini dishahihkan oleh al Albani dalam kitab Shahih Sunan at Tirmidzi, no. 2018]

(Tsartsarun), banyak omong dengan pembicaraan yang menyimpang dari kebenaran. (Mutasyaddiqun), kata-kata yang meremehkan orang lain dan berbicara dengan suara lagak untuk menunjukkan kefasihannya dan bangga dengan perkataannya sendiri. (Mutafaihiqun), berasal dari kata al fahq, yang berarti penuh. Maksudnya, seseorang yang berbicara keras panjang lebar, disertai dengan perasaan sombong dan pongah, serta menggunakan kata-kata asing untuk menunjukkan, seolah dirinya lebih hebat dari yang lainnya.

Pembicaraan yang sering ditulis dalam status kemudian mendapat kan komentar dari sana-sini, plus lengkap dengan bumbu-bumbunya, sebagai contoh jika seseorang marah kemudian menuliskannya dalam status facebooknya maka teman-temannya dari kalangan juhala (orang-orang bodoh) akan mengomentarinya dengan ucapan-ucapan yang mendukung agar kemarahannya semakin besar dan sangat jarang sekali ada komentar yang memintanya untuk beristighfar dan bersabar atas peristiwa apapun yang menimpanya. Contoh yang lain ada ungkapan status yang menuruti kehendak syaithan dengan ucapan-ucapan yang kotor, maka teman-temannya malah banyak yang memberikan dukungan dalam keburukannya itu, na’udzubillahi min dzaalik.

Masih juga banyak status-status lain yang tidak bermanfaat dan termasuk suatu pemborosan uang dengan keluarnya pulsa dalam menuliskan status itu, mulai dari sekadar curhat ringan akan suatu peristiwa yang menimpa dirinya, ungkapan kekesalan yang sedang dirasakan hatinya, atau bahkan yang lebih menggelikan sekali adalah berita cuaca dan keadaan disekitarnya sampai rela dimasukkannya dalam status facebook, ada status yang mengeluhkan pakainnya kehujanan, hari yang teramat panas, malam yang dingin, tetangga yang usil, sampai ayam berkokok pun dimasukkannya dalam status facebook. Yang lebih parah lagi ada yang rela mengeluarkan pulsa hanya untuk menulis status di facebook dengan tulisan “huahuahuahua” atau “wkwkwkwk”, lalu dimanakah iman mereka saat itu?

BANYAK MEMBICARAKAN KEBATHILAN

Melanjutkan pembahasan pada poin di atas, perkataan-perkataan yang aneh yang bermunculan di facebook bisa berakibat buruk bagi penulisnya, sangat dikhawatirkan seseorang akan merusak dunia dan akhiratnya hanya gara-gara tulisannya itu.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :”Sungguh seorang hamba mengucapkan suatu kata yang “tidak jelas” baginya, namun menyebabkan ia terseret ke neraka yang jaraknya lebih jauh dari Timur dan Barat.” [HR. Al-Bukhari (11/308) dalam Fathul Baari dan Muslim (18/117) dalam Syarh An-Nawawi]

An-Nawawi rahimahullah berkata, “Maksud “tidak jelas” dalam hadits itu adalah tidak memikirkan apakah perkataannya itu baik atau buruk.” [Riyadush Shalihin (2/825)]

Termasuk dalam hal ini adalah menuliskan status yang bisa bermakna menyombongkan diri, seperti mengabarkan kebaikan yang akan dilakukan atau yang telah dilakukan (contohnya seseorang mengabarkan dalam status bahwa dia akan sholat malam, dia telah sholat berjamaah atau dia telah membantu keluarga dan orang tuanya) hal ini bisa menumbuhkan sikap riya’ dan ingin dipuji orang lain atau minimal kebaikan kita ingin diketahui oleh orang banyak.

BERSITEGANG

Banyak sekali kita jumpai para kaum muslimin suka bersitegang dalam status dan komentar di facebook, dan kadang-kadang memang banyak orang yang “memancing di air keruh” kalau tidak bisa dibilang memang hobby berdebat, atau yang paling menyedihkan mereka-mereka ini adalah orang yang jauh dari pemahaman ilmu agama, kadang hanya karena perkara yang sepele saja yang tidak ada hubungannya dengan perkara agama mereka suka bersitegang dan mengeluarkan kata-kata yang buruk.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :”Orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang paling sengit dalam menuduh dan membela diri.” [HR. Al-Bukhari (5/106) dalam Fathul Baari]

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :”Dipastikan masuk surga orang yang memberi makan dan senantiasa mengucapkan perkataan yang baik.” [HR. Ath-Thabrani dengan sanad yang jayyid]

Dari ‘Adi bin Hatim radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :”Hindarilah neraka meski dengan sebiji kurma, dan siapa yang tidak memiliki sebiji kurma maka cukup dengan perkataan yang baik.” [HR. Muslim (7/95) dalam Syarh An-Nawawi]

Dan masih banyak lagi yang membuat perbuatan orang-orang yang mengaku muslim dalam facebook mengerjakan perbuatan-perbuatan dalam menulis statusnya yang bisa berpotensi merusak orang lain, termasuk perempuan-perempuan yang mengumbar fitnah dan kata-kata yang manja dalam facebook serta ucapan-ucapan kotor yang lain.

NASEHAT KAMI KEPADA PENGGUNA FACEBOOK DARI KALANGAN KAUM MUSLIMIN

1. Janganlah pernah membuang waktu dan harta anda dengan menulis status yang tidak bermanfaat dan tidak memiliki nilai nasihat serta kebenaran yang sesuai Al-Qur’an dan Hadits yang shahih. Justru hal ini termasuk perbuatan yang sia-sia dan merupakan pemborosan.

2. Jika ada status “aneh” nyelonong ke dalam “wall” anda, maka berilah komentar dengan nasihat yang baik serta lembut karena perkataan yang lembut bisa mencuci noda sakit hati yang meresap sampai ke seluruh anggota badan, hindarilah mendebatnya, jika nasihat anda tidak diterima maka tinggalkan saja, jika semakin banyak status yang aneh muncul lagi dari orang yang sama maka kami sarankan dihapus saja dari pertemanan, karena orang seperti ini tidak bisa dinasihati dan mengikuti hawa nafsunya.

3. Rajin-rajinlah dalam menyortir teman yang mengajukan pertemanan kepada anda dari melihat info yang ada pada mereka, lihat juga siapa teman-teman yang dia miliki, jika sebagian besar temannya banyak memiliki keburukan (dilihat dari foto profil yang tidak senonoh) maka kami sarankan diabaikan saja pertemanan ini.

4. Jangan pernah membuka pintu fitnah dengan berkhalwat dengan lawan jenis yang bukan mahram dalam obrolan.

5. Perhatikan undangan dari group atau halaman yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah yang shahih, abaikan saja undangan group atau halaman yang berpotensi merusak akidah dan iman kita, atau yang bersifat tidak bermanfaat dan memboroskan waktu serta biaya.

6. Jangan takut dengan perkataan atau komentar miring jika kita berlaku tegas kepada seseorang yang suka mengganggu dalam facebook, seorang mukmin harus tegas dalam menjaga agamanya dengan tetap mengedepankan adab dan akhlak dalam berdakwah.

7. Tidak ada salahnya membentuk group tertentu yang membahas suatu permasalahan secara khusus, sehingga bisa diambil manfaatnya bagi yang masih awam dan bisa menyampaikan dakwah dengan jelas dan tuntas bagi yang memiliki ilmu.

Demikian sekelumit hal yang bisa kami sampaikan dalam hal ber –“status” ria dalam facebook, semoga antum semua bisa mengambil manfaatnya dan menjadi muhasabah kembali apa saja yang telah kita sampaikan dalam status facebook kita. Apakah status kita tergolong status yang bermanfaat atau justru sebaliknya menjadi golongan status yang sia-sia atau mengajak dalam keburukan.

Wahai saudaraku ikhwani wa akhwati fillah, sudah saatnya mulai dari detik ini untuk meninggalkan status “abal-abal”, sudah waktunya untuk menjauhi status yang bisa menjerumuskan kita dalam jurang kenistaan dan menampakkan dengan jelas kondisi ke-Islam-an kita di hadapan orang lain, sudah seharusnya kita merasa malu untuk menulis status yang tidak memiliki manfaat.

Wallahu a’lam bish showab

Sabtu, November 05, 2011

Kesendirian… Atau Kesepian…

Selama ini kupikir aku telah terbiasa dengan sendiri… Melakukan semuanya sendiri… Nyaman dengan kesendirian… Nyaman dengan mengamati… Walau sedih sering dianggap tak ada… Tapi, aku masih bisa menikmati sendiri…


Kesendirian… Bagiku bisa menyenangkan… Saat diam di rumah, aku merasa sendiri… Tapi aku senang… Saat berada di perpus kota, aku sendiri… Aku larut… Dan aku tetap senang…Karena aku tahu, untuk bisa bertahan denganku, dibutuhkan orang yang sangat hebat… Aku bukanlah sosok yang sangat menyenangkan… Aku bukanlah sosok yang sangat ceria… Mungkin banyak juga yang bilang, aku orang yang cenderung apatis terhadap hidup… Hanya merutuk dan mengeluh… Tapi tetap saja aku bisa merasa nyaman dalam kesendirianku…

Kesendirian… Bagiku bisa menyedihkan… Ketika menoleh ke kanan dan ke kiri, tak ada yang menemaniku… Ketika merasa seakan tak ada yang mencoba memahamiku… Ketika merasa bagi orang-orang di lingkunganku tidak merasa bahwa aku cukup ada untuk diperhitungkan… Itu kesendirianku…

Tapi kukenal rasa baru…

Kesepian…

Dulu kukira sepi itulah sendiri… Sendiri itu lah sepi.. Ternyata tidak… Sepi jauh lebih menyakitkan daripada sendiri… Dalam sendiri, aku masih bisa melihat… Dalam sendiri, aku masih bisa mengamati… Dalam sendiri, aku masih bisa tersenyum… Dalam sendiri, aku masih bisa tertawa lepas… Dalam sendiri, aku masih bisa berpikir… Dalam sendiri, aku masih bisa berkata semua akan indah pada waktunya,entahlah semua membuatku trauma.



Tetapi sepi…

Rasa sepi muncul sangat terasa kemarin malam.. Rasa yang selama ini tak ku kenal… Rasa yang tak ku sadar bahwa rasa itu ada… Rasa yang merampas semua… Ternyata memang beda sepi dan sendiri…

Sepiku… Merasa takut kehilangan dia… Sepiku… Merasa tak ada yang benar yang bisa kulakukan untuk menyenangkan dia… Sepiku… Merasa selalu mengecewakannya… Sepiku… Merasa sakit ketika selalu melelahkan dia… Sepiku… Tak ada riang yang tertampak di wajah… Sepiku… Tak nyaman tanpa ada dia… Sepiku… Terasa kosong rasanya di jiwa… Kebas… Sakit… Tanpa tau bagaimana cara tak menghiraukannya… Sepiku… Bahkan air mata pun tak mau menemani… Sepi… Sunyi… Benar-benar sendiri…


Ah sepi… Ternyata seperti ini ya… Tak sekedar sendiri… Tak sekedar sunyi… Hanya sepi…

Minggu, Oktober 23, 2011

Tidak Akan Merusak Hidup Anda, bersemangatlah ..

Banyak orang yang menggunakan dalih "..saya anak yang broken home...itu lah alasan kenapa saya bandel seperti sekarang " ..atau mungkin "...saya Junkies karena saya memiliki keluarga yang broken home..."..dan mungkin..ada pula yang berdalih "...saya berasal dari seorang broken home,dan tidak ada kebahagiaan atas dasar itu" ... dan sekarang...saya ingin berkata pada kalian semua " ITU SEMUA BULSHIT" ... orang yang menyalahkan kondisi keluarga yang broken home sebagai alasan mereka untuk bertindak bodoh...hanyalah orang orang yang sebenarnya lemah..dan tidak bisa bertarung dengan keadaan...


Banyak orang yang takut tentang perceraian..mengkhawatirkan bagaimana keadaan psikologis anak-anaknya jika meraka bercerai..halow??? mana yang lebih kalian takutkan? kondisi yang belum tentu terjadi ..atau ..mempertahankan hubungan yang akan menyakiti keduanya, dan berimbas pada anak, keluarga atau lingkungan sekitarnya..


"Untuk apa berpura pura kuat,padahal kita berada dalamfondasi yang rapuh?" menunggu fondasi itu runtuh? atau keluar dari kerapuhan, dan mencari tempat bernaung yang lebih kuat dan tidak menghancurkan segalanya.

Semua ada jalannya, semua pun pasti memiliki alasan kenapa mereka ingin berpisah...


Hanya berharap pada semua anak yang merasa Broken home, yang terus saja menyalahkan perpisahan orangtua mereka sebagai alasan atas ketidakbahagiaan yang mereka alami..Buka mata..buka hati anda..Kebahagiaan yang hakiki..bukan kebahagiaan yang didapat dari orang lain untuk kita..tapi kebahagiaan yang kita bagikan untuk orang lain...


Pikiran mempengaruhi kekuatan alam..saat kita berfikir positif,alam akan memberi energi yang positif bagi kita semua..dan saat kita berkecamuk dalam pikiran negatif, maka alam pun akan membuat semua tindakan kita menjadi negatif...


Sebuah hubungan bisa berakhir dengan tidak baik..tapi hasil dari sebuah hubungan..tidak akan berubah..tidak akan terpisahakan... Selalu ada kata "Mantan Istri/Suami/pacar".....tapi tidak pernah ada kata "Mantan anak" ...

Cintai orangtua kita ...bagaimanapun kondisi mereka,karena mereka pun pasti punya alasan yang kuat untuk setiap keputusan yang mereka ambil


FB : subhanhabibi16@yahoo.co.id

Jumat, Oktober 21, 2011

Ketika Cinta Harus Bersabar


Hari demi hari, kurangkai dzikir tak hanya di bibir, tapi juga di hati. Meski kutahu, mungkin tak utuh sepanjang waktu, karena rapuhku. Padahal semestinya dzikir tak pernah terusir, bahkan di saat fikir dan ikhtiar menjalankan tugasnya, dari awal hingga akhir.

Saat tubuh merebah, baru CINTA menumbuh. Tersadar akan dosa kecil dan besar, dosa yang nyata dan tersamar. Entah kenapa harus demikian. Kenapa harus disadarkan dengan teguran. Padahal tak semestinya menunggu nikmat sehat diangkat, lalu saat sakit baru CINTA kembali tertaut.

Tapi inilah aku, seoranag rapuh yang baru mengeja CINTA, mencobanya menjadi biasa, namun seringkali kembali terlena oleh dunia, dan CINTA pun kembali sulit terasa.


Benar kiranya bahwa meski di sirami air dari tujuh samudera, bahkan di kucuri air hujan dari tujuh langit pun, CINTA tak akan tumbuh, jika hati tetap dinahkodai kehendak buta. Tak kan tumbuh jika hati dikunci dengan gelimang dosa. Tak kan tumbuh jika hati dibasuh nafsu selalu, diselimuti keangkuhan wujud pengusiran jatidiri penghambaan. Tak kan tumbuh, tak kan.



Maka aku bahagia jika air mata berlinang saat mensyukuri nikmatMU, bukankah air mata ini adalah kado CINTA. Aku bahagia jika air mata berlinang saat teringat dosa dan memohon ampun Kepada Mu, bukankah ini juga sedikit tanda CINTA. Maka, jangan biarkan hatiku beku, tanpa CINTA. Hingga tak ada lagi air mata, yang bisa menjaga anggota tubuh yang terbasuh, haram terjilat api neraka.

Ditahanlah cinta di hati, menanti waktu yang mesti pasti. Karena setelah waktu itu tiba, maka semuanya kan diungkap tanpa hijab.




Sang lelaki menuliskan bait-bait cinta di notebooknya, sebuah catatan harian tentang cinta yang tertahan. Cinta yang kan ditumbuhkan seiring keikhlaskan, cinta yang kan diwajarkan agar tetap bermuara pada penghambaan terhadap Tuhan.

Begitu pun sang perempuan, setiap hari menulis rangkaian kalimat cinta yang tak terkikis. Disimpan di draft yang kelak kan dipublish. Tinggal menanti saat yang tepat. Saat dimana kelak tak hanya hatinya yang bertaut, tapi juga tangannya bisa memeluk erat tanpa takut.



Sang lelaki tersenyum diujung malam, menanti saat pagi yang kan menghampiri dan membuatnya tenggelam. Tenggelam dalam kebaahagiaan pernikahan.

Sang perempuan sulit terpejam hingga lewat pertengahan malam. Jantungnya berdegup kencang mengeja kerinduan. Kerinduan saat akad itu dengan indah terlafalkan. Dan semuanya terhalalkan.


Lelaki dan perempuan, menjadi benar-benar romantis saat ijab qabul terbacakan. Dan kini mereka bertugas tuk membuktikan, bahwa cinta bukan sekedar menggairahkan, tapi juga memadukan segala kelebihan dan kekurangan, agar menjadi kekuatan yang terpadukan, tuk mampu bersinergi, agar tetap berada di jalan yang Tuhan ridhoi.

Oh indahnya……

Minggu, Agustus 07, 2011

Mengapa


Rabu, 3 Agustus 2011.

Dia menemukan kakak yang lebih membuatnya nyaman, inilah apa yang ada di dalam hatinya.

Mengapa setelah habis sayang timbul  beribu kebencian. Mengapa tidak mencoba membuka hati untuk seteguk rasa maaf. Jujur bukan dirimu saja yang tersakiti, namun aku juga. Namun aku mencoba membuang semua rasa sakit yang begitu menyobek hati  Andai engkau tahu wahai engkau yang pernah kusakiti.
 Tak pernah ada manusia yang luput dari kekhilafan, tidak aku, tidak juga kamu wahai engkau yang pernah tersakiti. Maka bukalah pintu maafmu itu.

Sedari awal , aku telah memaafkanmu. Bahkan aku merasa kesalahamu di mataku adalah akibat kesalahanmu. Aku yang mulai menanam angin dan aku melihat badai diantara kita. Badai dingin yang begitu amat menyesakkan. Paling tidak untukku.

Untuk yang tersakiti .
Maafkanlah aku yang terus kecewa, maafkan aku yang begitu posesif melindungimu amun aku tak pernah mengerti cara yang dewasa yang kau anggap baik untuk melindungimu.
Maafkanlah akau yang tak pernah dewasa dalam mengambil sikap.
Teramat lama aku ingin segera mengakhiri  perang dingin ini. Teramat lama aku ingin kita kembali berteman seprti dulu lagi, tanpa harus ada makian antara aku dan kamu.
Teramat  lama dan telah teramat sesak aku menunggu waktu yang tepat  untuk mengucapkan kata maaf ini.
Maka maafkanlah aku . Apakah engkau harus terus memegang kata : tidak lah mudah untuk memaafkan . Bukankah saja Tuhan maha Pemaaf namun mengapa akau atau engkau  tidak mampu memaafkan?
Atau memang engkau telah memaafkan segala kesalahnku?

Namun mengapa telah terputus tali silaturrahmi diantara kita?

Kini semua tlah berlalu , roda waktu hanya akan membunuh dan mengggilas setiap tetes setiaku,,, kehidupan kita telah terpisah, tak ada waktu lagi untuk  bersama ,, takkan lagi ada canda tawa dalam kita saling bersuara,, semakin sesak nafas kurasa…

Sabtu, 6 Agustus 2011

Semua bagai sandiwara, suka, duka, tangis, bahagia selalu menemani langkah harimu, aku melihat kamu adalah sosok yang mandiri penuh cita-cita, penuh ambisi.
Sekalipun sudah pernah ada kenangan indah bersamamu walau sesaat, namun semua sudah berlalu biarlah kusimpan dalam hatiku.  Maafkan aku bila tak pantas untukmu,  tidak bisa melanjutkan hubungan menjadi lebih akrab dengan ikatan suci. Karena kamu yang mengakhirinya, 22 Mei 2011.
Seandainya Allah menghendaki kita bersama aku tak kuasa menolak takdirku, tapi kelihatannya sangat mustahil. Bagai pungguk merindukan bulan. Aku ingin memilikimu seutuhnya meski aku bukan yang pertama untukmu, dengan segala kekuranganmu au akan terima,  tapi semua itu hanya hanya bayang  semu yang akan mengganggu langkah hariku…
 Aku ingin kita bersahabat untuk selamanya. Aku hanya pantas berperan sebagai kakakmu, agar tidak ada kebencian diantara kita. Aku sayang kamu, aku bahagia bila kamu bahagia, aku ikhlas kamu menjadi milik orang lain, asal kamu tidak tersakiti lagi…
Tawakkaltu `Alallah , pasrahkan diri kepada Ilahi, agar tak menyesal di kemudian hari. Panggil aku jika kamu ingat aku. Aku akan selalu ada disaat kamu butuhkan, sekarang ataupun nanti.


Senin, Juli 25, 2011

Nasehat Seseorang

mas Abi, tidak ada aturan yang mengajarkan bahwa kita menikah setelah PNS. kita menikah bukan setelah mapan ekonomi, tapi kita menikah karena niat melasanakan sunah Rasulullah saw. yang saya rasakan, ada sedikit rasa minder atau kendala dari diri panjenengan piyambak. coba hilangkan keragu-raguan itu. setelah kita memutuskan meminta pendamping, maka langkah berikutnya adalah siapkan diri menerima dengan hati trebuka, ikhlas serta yakin dengan pertolongan Allah, jika suatu saat datang seorang ukhti. jika Allah memerintah menikah, maka semua kebutuhan pernikahan, pasca pernikahan sampai akhir hayat, ALLAH YANG MENANGGUNG...sembari kerja sungguh-sungguh menemukan jodoh yang telah disiapkan Allah, melangkahlah dengan yakin dan pasrah bahwa Allah MaHa Kuasa mempertemukan kita dengan yang terbaik....amin...tetap semangat mas Abi yang baik...

Kamis, Juli 21, 2011

PART IV

Semua hanya tinggal cerita...

Entah angin apa yang membuai hari ini, membuatku begitu berani mencoretkan sesuatu untuk dirimu yang sudah meninggalkan taaruf kita, sebelumnya tidak pernah aku kenali. Aku sebenarnya tidak pernah berniat untuk memperkenalkan diriku kepada siapapun. Apalagi mencurahkan sesuatu yang hanya aku khususkan buatmu sebelum tiba masanya. Kehadiran seorang perempuan yang menuntut sesuatu yang kujaga rapi selama ini semata-mata buatmu, itulah hati dan cintaku, membuatku tersadar dari lenaku yang panjang.

Andainya kaulah jodohku yang tertulis di Lauh Mahfuz, Allah pasti akan menanamkan rasa kasih dalam hatiku juga hatimu. Itu janji Allah. Akan tetapi, selagi kita tidak diikat dengan ikatan yang sah, selagi itu jangan dimubazirkan perasaan itu karena kita masih tidak mempunyai hak untuk begitu. Juga jangan melampaui batas yang telah Allah tetapkan. Aku takut perbuatan-perbuatan seperti itu akan memberi kesan yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak.

Permintaanku tidak banyak. Cukuplah engkau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari ridha Illahi. Aku akan merasa amat bernilai andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu. Bahkan aku amat bersyukur pada Illahi kiranya akulah yang ditakdirkan meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untukmu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu. Akan kukeringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri. Itu impianku.

Aku pasti berendam airmata darah, andainya engkau menyerahkan seluruh cintamu kepadaku. Cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hatimu karena dengan mencintai Allah, kau akan mencintaiku karena-Nya. Cinta itu lebih abadi daripada cinta biasa. Moga cinta itu juga yang akan mempertemukan kita kembali di syurga….

Wassalam…

Minggu, Juni 19, 2011

Bolehkah ku iri

Dunia begitu indah
Disana ada rumah mewah
Disana ada mobil mewah
Disana ada istri cantik
Disana ada jabatan tinggi




Tapi apakah itu kenikmatan sejati
Berlimang harta, tahta, jabatan


Bukan ……
Itu hanya lah hiasan
Sekali-kali tak pernah aku iri dengan itu
Ku iri dengan hambaMu
Yang memiliki semua hiasan itu
Tapi begitu mesra sujud menghadapMu tiap malam
Ku iri pada indahnya hati NYA yang selalu ada namaMu
Ya Rabb mungkin dosa-dosa dengan bangga telah ku lakukan
Ntah sampai kapan nafas Kau jamin
Ntah sampai kapan Kau beri hamba nikmat ini
Tapi begitu hina sering lupa syukur padaMu
Malah sering menghujat Mu ketika di beri sedikit cobaan
Tak sadar bahwa itu teguran atau jangan-jangan malah azabMu




Indahnya dunia melupakan padaMU
Malu ku melihat hamba-hambaMu
Yang sangat mesra dengan Mu
Yang begitu bisa dekat dengan Mu
Oh dunia indah nian dirimu
Tapi engkau melupakanku padaNYA





Bukan….
Tapi aq yang melupakanNYA
Setetes embun pagi aq pun takut dinginnya
Tapi NerakaMU aq dekati
Tak takut panasnya????
Betapa picik pikiran ini
Dunia kau kejar wahai manusia
Tapi lupa kau tentang pemilik dunia
Lupa siapa yang memberimu nikmat

Sabtu, Maret 05, 2011

Pilihan

Ketika kita bertemu orang yang tepat untuk dicintai, Ketika kita berada di tempat pada saat yang tepat, Itulah kesempatan Ketika kita bertemu dengan seseorang yang membuat kita tertarik, Itu bukan pilihan itu kesempatan. Bertemu dalam suatu peristiwa bukanlah pilihan… Itupun adalah kesempatan Bila kita memutuskan untuk mencintai orang tersebut, Bahkan dengan segala kekurangannya, Itu bukan kesempatan, itu adalah pilihan Ketika kita memilih bersama dengan Seseorang walaupun apapun yang terjadi Itu adalah pilihan Bahkan ketika kita menyadari Bahwa masih banyak orang lain Yang lebih menarik, pandai, dan kaya Daripada pasangan kita dan Tetap kita memilih untuk mencintainya, Itulah pilihan Perasaan cinta, simpatik, tertarik Datang bagai kesempatan pada kita… Tetapi cinta sejati yang abadi adalah pilihan. Pilihan yang kita lakukan. Berbicara tentang pasangan jiwa, Ada suatu kutipan dari film yang Mungkin sangat tepat : Nasib membawa kita bersama tergantung pada kita bagaimana membuat semuanya berhasil Bagaimanapun… “Takdir takkan pernah tertukar”, percayalah kepada-Nya. subhanhabibi.blogspot.com