poin

Jumat, April 09, 2010

Kurikulum Pemanfataan TIK Dalam Pendidikan

Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia, mulai dari metode penyampaian materi konvensional yang terkesan tidak efektif, letak geografis dan kondisi sosial yang berbeda di setiap daerah, kurangnya tenaga pendidik yang ahli pada suatu daerah akibat persebaran penduduk yang tidak merata. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, metode pembelajaran dengan memanfaatkan TIK serta dukungan dari infrastuktur yang memadai mungkin bisa menjadi salah satu solusi dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Pendidikan berbasis pemanfaatan TIK memang telah dilaksanakan oleh beberapa sekolah, khususnya sekolah di kota-kota besar yang mana dukungan fasilitas bukanlah menjadi kendala. Namun, pendidikan yang diajarkan hanya sebatas inisiatif dari masing-masing sekolah, sehingga pendidikan yang diajarkan akan berbeda antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lain. Misalnya, sekolah yang satu mengajarkan pengetahuan komputer hanya sebatas pemanfaatan office application, sedangkan sekolah lain sudah memanfaatkan dan mengajarkan mengenai pemanfaatan multimedia dan forum diskusi dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk itulah, perlu dibuat standarisasi pemanfaatan TIK dalam pendidikan dalam bentuk kurikulum yang disisipkan pada kurikulum pendidikan konvensional yang sudah ada sekarang. Kurikulum pemanfaatan TIK yang dibuat dapat langsung diterapkan pada peserta didik dengan tingkat pendidikan yang rendah terlebih dahulu seperti pada sekolah-sekolah dasar. Kemudian pemanfaatan TIK dapat ditingkatkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pada jenjang sekolah dasar para siswa diberikan pengetahuan dasar mengenai penerapan TIK seperti bagaimana mengoperasikan fungsi-fungsi dasar komputer, pemanfaatan office application, serta pemanfaatan internet dengan batasan tertentu. Selain mengajarkan pengetahuan-pengetahuan dasar, penyajian materi yang menarik seperti dalam bentuk aplikasi audio video juga harus menjadi bahan pertimbangan agar dapat meningkatkan ketertarikan siswa pada materi yang diberikan. Pada peserta didik dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, sasaran proses belajar lebih ditekankan pada proses belajar efektif. Proses belajar seperti ini dapat dilakukan dengan mendorong siswa untuk dapat mempresentasikan kembali apa yang telah diajarkan dan telah mereka pelajari. Pada proses ini siswa dituntut untuk dapat mempresentasikan materi agar lebih menarik. Tentunya pengetahuan mengenai penyajian materi sangat diperlukan, seperti bagaimana memanfaatkan powerpoint dan bagaimana membuat penyajian materi dalam bentuk flash. Selain itu, proses belajar dengan diskusi mengenai materi yang dipelajari dengan arahan berbagai pertanyaan melalui forum diskusi juga dapat menjadi cara yang efektif dari proses pembelajaran. Peranan forum diskusi tidak hanya sebagai media untuk menyampaikan masalah yang dihadapi namun juga memacu peserta didik untuk belajar mandiri dengan mencari informasi seluas-luasnya melalui berbagai media seperti internet maupun dengan memanfaatkan video instructional. Menurut teori cognitivism dari Bruner, peserta didik akan lebih paham, atau pengetahuan yang mereka miliki akan bertahan lama apabila materi pengetahuan yang mereka peroleh berasal dari hasil usaha mandiri. Fungsi lain dari forum diskusi yaitu dapat dijadikan indikator sejauh mana peserta didik telah memahami materi yang diberikan. Hal ini dapat dilihat dari pendapat ataupun penjelasan yang mereka jabarkan di dalam forum. Kurikulum pemanfaatan TIK tidak hanya ditujukan kepada para peserta didik namun juga harus menyertakan para pendidik karena pada dasarnya para peserta didik membutuhkan bimbingan dari para pendidik yang ahli. Diharapkan para pendidik pada setiap sekolah dapat menyampaikan dan memberikan pengetahuan tentang bidang yang mereka kuasai melalui pengetahuan TIK yang mereka milki. Contohnya, seorang guru fisika dapat menyampaikan materi mengenai sistem tata surya melalui multimedia seperti flash maupun dalam bentuk video untuk dapat memberikan gambaran yang lebih nyata kepada para siswanya. Lebih jauh, pendidik yang ahli dalam memanfaatkan TIK dapat saling berdiskusi maupun berbagi informasi dengan para pendidik lain ataupun dengan peserta didik lain tanpa terkendala jarak dan waktu. Contohnya, guru yang mempunyai keahlian lebih dapat menyampaikan materi yang dikuasainya kepada guru ataupun siswa lain yang letaknya jauh dari tempat dimana guru itu berada dengan memanfaatkan video conference. Dilihat dari penjabaran fungsi dan manfaat dengan dibuatnya kurikulum pemanfatan TIK yang ditujukan kepada para peserta didik maupun pendidik seperti yang ada di atas, bukan tidak mungkin kualitas pendidikan dapat mengarah pada perbaikan yang cukup significant. Tentunya kita juga harus mempertimbangkan dan mencegah dampak negative yang mungkin timbul dari penerapan teknologi tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar