Guru
wiyata bhakti atau guru pengabdian juga merupakan guru yang memiliki
kontribusi besar bagi dunia pendidikan. Rata-rata mereka adalah tenaga
pengajar muda yang memiliki potensi yang luar biasa. Berbicara mengenai
tugas dan tanggung jawab antara guru yang sudah PNS dengan guru wiyata
bhakti adalah sama. Tidak ada perbedaan diantara keduanya. Dua-duanya
sama sama mengajar dan mencerdaskan anak bangsa dan dengan jam mengajar
yang sama. Praktis tidak ada perbedaan yang mencolok.
Yang
menjadi persoalan serius dan sangat memprihatinkan adalah honor atau
gaji antara guru PNS dengan guru pengabdian. Guru pengabidan honornya
kurang lebih 1/30 dari gaji PNS. Guru wiyata bhakti juga tidak lebih
baik dari buruh pabrik. Gaji buruh pabrik sudah mencapai UMR. Honor guru
pengabdian sangat disayangkan bila dibandingkan dengan buruh pabrik 1/8
nya. Gap yang sangat lebar sekali antara guru PNS dengan guru
pengabdian/wiyata bhakti. Logikanya adalah dengan kewajiban sama akan
mendapatkan imbalan atau hak yang sama pula. Logika tidak berlaku.
Jangankan untuk menggaji atau memberi imbalan sama dengan gaji guru PNS,
menggaji UMR saja negara belum mampu.
Di saat guru-guru
pengabdian yang secara ekonomi memprihatinkan karena honor sebulan sama
dengan honor seminggu atau sehari, Pemerintah mencetuskan adanya
sertifikasi dan non sertifikasi. Gaji PNS perbulan ditambah dengan gaji
ke 13, sertifikasi dan non sertifikasi dan tunjangan lainnya. Sedangkan
apa yang bisa diharapkan dari seorang guru pengabdian. Betapa guru
pengabdian tidak diperjuangkan. Pemerintah justru terlalu mementingkan
guru PNS yang notabene setiap bulan sudah mendapat gaji pokok. Banyak
tunjangan yang didapatkan oleh guru PNS. tetapi sama sekali tidak
memikirkan guru-guru wiyata bhakti yang sama-sama berjuang mencerdaskan
generasi bangsa. Guru-guru pengabdian lulusan sarjana tidak lebih baik
daripada buruh pabrik yang hanya lulusan Sekolah Dasar. Guru Sarjana
tenaga yang punya kompetensi dihargai sangat tidak layak. Di negara kita
memang apresiasinya sangat kurang sekali.
Coba jika kita lihat
di sekolah sekolah justru tenaga-tenaga muda memiliki kelebihan dan
potensi yang memberi kontribusi besar bagi sekolah tempat mereka
mengajar. Bila ada tugas-tugas tertentu biasanya tenaga muda yang masih
mengabdilah biasanya yang disuruh mewakili. Kita lihat pada setiap even
lomba seperti siaga, LCC, Siswa berprestasi dan lainnya justru
tenaga-tenaga wiyata bhaktilah yang selalu berada di urutan depan. Dan
tentunya merekalah yang lebih melek dunia IT dan komputer.
Namun sama sekali tidak ada apresiasi baik dari sekolah tempat mengajar
maupun dari pemerintah, di saat guru-guru wiyata bhakti yang serba
kesulitan masalah ekonominya justru pemerintah lagi-lagi memberi
tambahan kesejahteraan bagi guru PNS. Bukankah guru wiyata bhakti atau
guru pengabdian dengan tanggung jawab yang sama dengan PNS. Habibi (28) Yang sudah mengabdi 9 tahun merasakan hal ini, Lalu
siapakah yang sebenarnya patut mendapat predikat pahlawan tanpa tanda
jasa yang sesungguhnya? Who are the real heros without merit? Jawabnya
adalah Guru wiyata bhakti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar